Kesetaraan gender sudah ada di dunia pertambangan. Walaupun masih didominasi oleh laki-laki, pekerja perempuan pun mulai bermunculan. Tidak peduli kerasnya kehidupan di mana harus berhadapan dengan alat berat, waktu kerja hingga 12 jam, dan shift malam yang cukup beresiko, pekerja perempuan tersebut mampu membuktikan kualitas bekerja yang baik.
Berdasarkan hasil riset “Pekerja Perempuan di Tambang: Bentuk Negosiasi Kesetaran Gender dalam Dunia Kerja Maskulin” karya Zulfatun Mahmudah, tidak sedikit pekerja perempuan datang dari kalangan ibu rumah tangga dan beberapa berstatus single parent. Demi menjalankan tugasnya sebagai tulang punggung keluarga, berteman dengan alat berat, memakai seragam yang jauh dari kata fashionable, harus terbiasa dengan ketegangan saat menjalani shift malam, dan harus merasakan kerasnya kehidupan bukan masalah yang besar.
Ketika seorang perempuan menjalani dua profesi sekaligus, seorang ibu dan pekerja tambang, tentu hal tersebut memerlukan perjuangan lebih. Selain itu, asalkan memiliki tekad yang kuat, tantangan seberat apapun akan tetap dijalani dengan sebaik-baiknya.
Salah satunya seperti Sherly Tempang, perempuan asal Sulawesi tengah. Dia menjadi istri sekaligus ibu yang sudah bekerja sebagai operator alat berat di pertambangan selama 27 tahun sejak 1993 silam. Sherly membuktikan kepada publik, bahwa profesi tersebut dapat dilakukan kaum hawa.
Sebagaimana halnya yang dilakukan oleh Umandian. Dia bekerja sebagai operator alat berat di Kalimantan Timur selama 27 tahun lamanya. Umandian menjelaskan bahwa ada cara terbaik untuk menjalani dua profesi yang berbeda.
“Saya harus pandai memanfaatkan waktu agar tugas di rumah tangga tertangani dengan baik. Hal-hal yang tidak berguna seperti kumpul-kumpul sekedar untuk ngerumpi paling saya hindari,” tuturnya.
Di balik kesuksesan mereka ada sosok keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung. Suryani yang sudah bersahabat dengan alat berat selama 27 tahun pada akhirnya membagi tugas rumah tangga bersama suami. Dengan saling bekerjasama, kelalaian dalam mengurus rumah tangga tidak akan terjadi. Suryani menekankan perlunya pola komunikasi yang baik dan tidak bersikap egois terhadap pasangan.
Untuk mencapai kesuksesan banyak hal yang harus dikorbankan, sosok para ibu hebat di atas menjadi bukti bahwa dunia pertambangan dapat dilakoni oleh perempuan. Dan, keluarga tetap menjadi prioritas utama.